Rabu, 16 Desember 2015

5G – LTE Dual Connectivity Live Demonstration Video by ERICSSON



Sumber "youtube/Channel Ericsson"

Apa itu OSS/BSS?

Apakah itu OSS/BSS dalam lingkup telekomunikasi?

Saksikan video berikut ini :



Sumber "youtube/ERICSSON channel"

LTE Explain by ERICSSON

ERICSSON menjelaskan apakah itu LTE



Sumber : "youtube/Ericsson Channel"

LTE RF Measurement


Pengukuran Radio Frequency (RF) pada LTE ditentukan oleh 3GPP yaitu RSRP (Reference Signal Received Power) dan RSRQ (Reference Signal Received Quality). RSRP adalah power rata-rata pada resource element yang membawa reference signal dalam subcarrier. UE (User Equipment) mengukur power dari banyak resource element yang digunakan untuk membawa reference signal kemudian dihitung rata-rata-nya dalam satu bandwidth. Berikut adalah ilustrasi tentang RSRP:

Gambar 1. RSRP pada Bandwidth 5 Mhz


Dari ganbar diatas, rata-rata power yang dikirimkan per-subcarrier adalah 20 W / 300 = 66.7 mW = 18.2 dBm. Jika jarak UE dengan eNode B sekitar 2 km, maka RSRP yang diterima oleh UE adalah seperti yg di ilustrasikan pada gambar berikut:

Gambar 2. Perhitungan RSRP


RSRQ didefinisikan sebagai rasio antara jumlah N RSRP terhadap RSSI (Received Signal Strength Indication). Atau biasa ditulis RSRQ = N x RSRP / RSSI. RSSI mengukur power bandwidth termasuk serving cell power, noise, dan interference power. Berikut ilustrasinya untuk mempermudah pemahaman:

Gambar 3. Konsep RSRQ


Ambil contoh jika tidak ada trafik pada cell A yang sedang serving ke UE, maka perhitungan RSRQ-nya adalah : N x RSRP / RSSI = 25 RSRP / 2 x 25 RSRP = 1/2 = -3 dB. N adalah jumlah resource block pada badwidth, utk contoh ini menggunakan 5 MHz sehingga jumlah resource blocknya 25. Sedangkan dalam kondisi tidak ada traffic hanya ada 2 reference simbol saja yang ditransmisikan. Untuk lebih jelasnya berikut ilustrasinya:

Gambar 4. RSRQ saat tidak ada trafik


Berikut contoh jika ada trafik di cell A, maka perhitungan RSRQ-nya adalah: N x RSRP / RSSI = 25 RSRP / 300 RSRP = -10.8 dB.

Gambar 5.


Sumber : http://teknologi-4g-lte.blogspot.co.id/2015/05/lte-rf-measurement.html

Radio Interface LTE


Jaringan selular telah berkembang selama bertahun-tahun. Awalnya disebut sebagai Generasi Pertama, atau sistem 1G. Pada sistem ini, selular dirancang untuk memanfaatkan jaringan analog. Yang termasuk teknologi 1G adalah AMPS (Advance Mobile Phone System).

Generasi Kedua adalah sistem mobile 2G, diperkenalkan memanfaatkan beberapa teknologi akses digital; TDMA (Time Division Multiple Access) dan CDMA (Code Division Multiple Access). 2G lebih dikenal menggunakan sistem GSM (Global System for Mobile). Selain itu juga menggunakan sistem CDMA, yang dikenal sebagai cdmaOne atau IS-95 (Interim Standard 95). Sistem GSM masih memiliki dukungan di seluruh dunia dan tersedia di beberapa band frekuensi, seperti 900, 1800, 850, dan 1900 MHz. Sistem CDMA di jaringan 2G menggunakan teknik spread spectrum dan memanfaatkan campuran kode dan waktu untuk mengidentifikasi sel-sel dan saluran. Dengan digital, 2G mampu meningkatkan kapasitas dan keamanan, sistem 2G juga menawarkan layanan, seperti SMS (Short Message Service) dan circuit switched (CS) data. Variasi yang berbeda dari Teknologi 2G dikembangkannya layanan paket data yang efisien, sehingga meningkatkan kecepatan data. GPRS (General Packet Radio System) dan EDGE (Enhance Data Rates for GSM Evolution) telah menjadi jalur evolusi GSM. Data rate teoritis dari 473,6 kbps memungkinkan operator untuk menawarkan layanan multimedia secara efisien. EDGE biasa juga dikenal sebagai generasi 2.75G.

3G (Generasi Ketiga) sistem didefinisikan oleh IMT2000 (International Mobile Telecommunications). IMT2000 mendefinisikan bahwa sistem 3G harus menyediakan tingkat transmisi yang lebih tinggi di kisaran 2Mbps digunakan saat stasioner dan 348 kbps dalam kondisi mobile.

Berikut adalah pendukung teknologi 3G: • WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) - ini dikembangkan oleh 3GPP (Third Generation Partnership Project). WCDMA adalah radio interface 3G UMTS (Universal Mobile Telecommunication System). Sistem UMTS telah didesain terintegrasi dengan Core Network (CN) pada GSM, tapi dengan akses radio yang sama sekali baru, yaitu akses radio yang didasarkan pada FDD (Frequency Division Duplex). Penyebaran saat ini terutama di 2,1 GHz band. Penyebaran di bawah frekuensi juga mungkin, seperti UMTS900. UMTS mendukung suara dan multimedia,

• TD-CDMA (Time Division-Code Division Multiple Access) - ini biasanya disebut sebagai UMTS TDD (Time Division Duplex) dan merupakan bagian dari spesifikasi UMTS. Sistem ini memanfaatkan kombinasi CDMA dan TDMA untuk memungkinkan alokasi sumber daya yang efisien.

• TD-SCDMA (Time Division-Syncronize Code Division Multiple Access) - ini memiliki hubungan dengan spesifikasi UMTS dan sering diidentifikasi sebagai UMTS-TDD chip rate yang rendah. Seperti TD-CDMA, juga cocok untuk skenario mobilitas rendah microcell atau picocells.

• CDMA2000 - Ini adalah standar teknologi multi-carrier yang menggunakan CDMA. Merupakan bagian dari standarisasi 3GPP2. CDMA2000 adalah satu standar termasuk CDMA2000 EV-DO (Evolution-Data Optimized) yang memiliki berbagai revisi. Hal ini kompatibel dengan cdmaOne.

• WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Accsess) - Ini adalah teknologi nirkabel lain yang memenuhi persyaratan IMT2000 3G. Radio interface merupakan bagian dari standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.16 yang awalnya didefinisikan sistem PTP (Point-to-Point) dan PTM (Point-to-Multipoint). Ini kemudian ditingkatkan mampu memberikan mobilitas yang lebih besar. WiMAX Forum adalah organisasi yang dibentuk untuk mempromosikan interoperabilitas antara vendor.

Sistem 4G (Generasi Keempat) telah diperkenalkan sebagai versi terbaru teknologi mobile. 4G didefinisikan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh ITU (International Telecommunication Union) sebagai bagian dari IMT Advanced. Penggerak utama bagi evolusi arsitektur jaringan pada sistem 4G adalah: basis all-IP (Internet Protocol), mengurangi biaya jaringan, mengurangi latency data dan signalling, interworking mobility antara jaringan akses lainnya di 3GPP dan non-3GPP, always-on bagi user experience dengan kualitas layanan yang mendukung QoS (Quality of Services) , dan kemampuan roaming di seluruh dunia.

Berikut sistem 4G termasuk teknologi akses-nya: • LTE dan LTE-Advanced (Long Term Evolution) - Ini adalah bagian dari 3GPP. Sebelumnya LTE belum memenuhi semua fitur IMT Advanced. Namun, LTE-Advanced merupakan bagian dari yang telah dikeluarkan oleh 3GPP dan telah dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan 4G.

• WiMAX 802.16m - IEEE dan WiMAX Forum telah mengidentifikasi 802.16m sebagai sistem 4G.

• UMB (Ultra Mobile Broadband) - ini diidentifikasi sebagai EV-DO Rev C. Ini adalah bagian dari 3GPP2. Vendor dan operator jaringan telah memutuskan untuk mempromosikan LTE sebagai gantinya.

Sebelum masuk ke pembahasan arsitektur LTE, akan diperkenalkan terlebih dulu mengenai teknik-teknik Radio Interface pada sistem 3GPP, yaitu: FDMA, TDMA, CDMA, OFDMA. Selain itu akan disinggung juga mengenai Radio Accsess Mode yaitu: FDD dan TDD.

Teknik Radio Interface dalam sistem 3GPP
Dalam sistem selular, pengguna ponsel maupun base station berbagi media akses untuk transmisi. Empat akses transmisi yang populer adalah adalah FDMA (Frekuensi division multiple akses), TDMA (Time Division Multiple Access), CDMA (Code Division Multiple Access), dan OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access).

1. Frequency Division Multiple Access (FDMA) Dalam rangka mengakomodasi berbagai perangkat di jaringan wireless yang melakukan akses secara bersama-sama, FDMA membagi ketersediaan spektrum dalam sub-band atau saluran. Dengan menggunakan teknik ini, saluran khusus dapat dialokasikan ke pengguna, sedangkan pengguna lain menempati saluran atau frekuensi lain. Saluran FDMA dapat berpotensi mengalami gangguan interference. Mereka tidak bisa terlalu dekat bersama-sama karena energi dari satu transmisi mempengaruhi saluran lain yang berdekatan. Untuk menghindari hal tersebut, diberikan tambahan guard band antara saluran sehingga akan mampu mengurangi interference.


Gambar 1. Teknik FDMA

2. Time Division Multiple Access (TDMA) Dalam sistem TDMA bandwidth saluran dibagi dalam domain waktu. Ini memberikan alokasi spektrum sempit untuk setiap pengguna. Penyaluran dari pengguna di band yang sama dicapai dengan pemisahan frekuensi dan waktu. Jumlah timeslots dalam bingkai TDMA tergantung pada sistem. Misalnya, GSM menggunakan delapan timeslots. Sistem TDMA adalah digital dan karena itu menawarkan fitur keamanan seperti pengkodean dan integritas. Selain itu, mereka dapat menggunakan deteksi dan skema koreksi kesalahan seperti FEC (Forwad Error Correction). Hal ini memungkinkan sistem untuk lebih tahan terhadap noise dan gangguan dan karena itu mereka memiliki efisiensi spektrum yang lebih besar daripada sistem FDMA.


Gambar 2. Teknik TDMA

3. Code Division Multiple Access (CDMA) Konsep CDMA sedikit berbeda dengan FDMA dan TDMA. Bukan seperti keduanya yang berbagi sumber daya dalam domain frekuensi atau waktu, pada CDMA perangkat dapat menggunakan sistem pada saat yang sama menggunakan frekuensi dan waktu secara bersamaan. Hal ini dimungkinkan karena setiap transmisi dipisahkan menggunakan kode penyaluran unik yang direpresentasikan oleh power. UMTS/WCDMA, cdmaOne, dan CDMA2000 semua menggunakan CDMA sebagai teknik radio interface mereka. Namun, penggunaan kode dan bandwidth yang digunakan oleh masing-masing teknologi berbeda. Misalnya untuk UMTS/WCDMA menggunakan saluran bandwidth 5 MHz, sedangkan cdmaOne hanya menggunakan 1.25 MHz. Kode yang digunakan untuk mencapai orthogonality antara pengguna juga berbeda. Dalam sistem HSDPA pada WCDMA, misalnya, saluran yang membawa data ke pengguna memiliki total 16 kode di code tree. Jika ada beberapa pengguna dalam sistem di timeslot yang sama penjadwalannya, maka pengguna lain akan menggunakan code di luar 16 kode yg digunakan untuk HSDPA tersebut, atau dengan kata lain berbeda code tree-nya. Dalam contoh ini kode yang digunakan untuk HSDPA, merupakan penggunaan code yang tinggi, sehingga tinggi juga tingkat data-nya. Hal tersebut merupakan keterbatasan pada code tree terhadap kapasitas, karena kapasitas terkait dengan alokasi kode. Penggunaan voice dan signalling mendapatkan prioritas tertinggi dalam kode, dan kemudian data pengguna lain memanfaatkan sisa code tree. Kapasitas menjadi tantangan pada WCDMA, karena semua pengguna menggunakan frekuensi dan waktu yang sama dalam sel. Oleh karena itu, pengaturan kontrol power dan penjadwalan waktu sangat penting untuk membatasi gangguan yang akan mempengaruhi kinerja sistem.


Gambar 3. Teknik CDMA

4. Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) OFDMA pada dasarnya adalah FDM. Dalam sistem FDM konvensional, jarak antara saluran cukup lebar sehingga jumlah saluran kurang efisien. Pada OFDMA, jarak antara saluran didesain lebih rapat dengan metode orthogonal frequency atau frekuensi yang saling tegak lurus, sehingga mampu meningkatkan jumlah saluran. Hal tersebut membuat spektrum frekuensi lebih efisien. OFDMA dapat diimplementasikan pada berbagai spektrum frekuensi dengan sedikit saja modifikasi pada sistem. OFDMA terbukri dapat mengurangi efek dari Multipath Fading yang merugikan. Dengan sistem antena Multiple In Mulltiple Out (MIMO), dapat mencapai efisiensi spektrum yang tinggi. Selain itu kelebihan sistem OFDMA, saat semakin banyak pengguna terhubung dengan sistem, ukuran sel tidak akan mengempis seperti pada CDMA. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut maka OFDMA menjadi pilihan untuk LTE.


Gambar 4. Teknik OFDMA


Operasi Radio Access Mode
Akses radio 3GPP untuk UMTS dan sistem LTE dirancang untuk beroperasi dalam dua mode operasi utama yaitu FDD (Frequency Division Duplex) dan TDD (Time Division Duplex). FDD adalah mode yang umum digunakan di seluruh dunia untuk UMTS dan LTE. Alokasi spektrum juga terikat dengan pilihan FDD atau TDD. Misalnya, operator WiMAX telah memanfaatkan spektrum WiMAX untuk berinvestasi dalam LTE TDD daripada FDD. Namun, dengan ketersediaan perangkat serta kesederhanaan penyebaran, FDD masih menjadi pilihan utama di seluruh dunia.
1. Frequency Division Duplex (FDD) Dalam FDD, uplink terpisah dan downlink yang digunakan, yang memungkinkan perangkat untuk mengirimkan dan menerima data pada saat yang sama. Jarak antara uplink dan downlink saluran disebut sebagai jarak duplex. Saluran uplink beroperasi pada frekuensi yang lebih rendah. Hal ini dilakukan karena frekuensi yang lebih tinggi mengalami redaman lebih besar dari frekuensi yang lebih rendah , oleh karena itu, memungkinkan ponsel untuk memanfaatkan tingkat pengiriman lebih rendah.


Gambar 5. FDD mode

2. Time Division Duplex (TDD) Modus TDD memungkinkan operasi full duplex menggunakan pita frekuensi tunggal dan pembagian waktu multiplexing uplink dan downlink sinyal. Salah satu keuntungan dari TDD adalah kemampuannya untuk memberikan asimetris uplink dan downlink alokasi. Keuntungan lainnya termasuk alokasi dinamis, peningkatan efisiensi spektral, dan meningkatkan penggunaan teknik beamforming. Hal ini disebabkan memiliki uplink dan downlink yang sama karakteristik frekuensi.


Gambar 6. TDD mode


Alokasi Spectrum UMTS dan LTE
Salah satu faktor utama dalam sistem selular adalah spektrum frekuensi yang digunakan. Sistem 2G, 3G, dan 4G menawarkan beberapa pilihan band frekuensi. Hal ini tergantung pada regulator di masing-masing Negara dan ketersediaan spektrum yang dibagi antara operator jaringan di suatu negara.
Dukungan perangkat dengan band frekuensi yang berbeda didorong oleh kemampuan hardware. Oleh karena itu, tidak semua band yang didukung oleh satu perangkat. Tergantung kebutuhan pasar, mana perangkat atau service yang sedang dikomersilkan.
LTE menggunakan saluran variabel bandwidth 1,4, 3, 5, 10, 15, atau 20 MHz. Yang paling umum digunakan di seluruh dunia adalah 5 atau 10MHz. LTE 20MHz mulai digunakan, terutama di band seperti 2,6 GHz serta 1,8 GHz setelah frekuensi re-farming.
LTE FDD-membutuhkan dua frekuensi, satu untuk downlink dan satu lagi untuk uplink. Frekuensi carrier ini masing-masing dinamakan frekuensi radio EARFCN (E-UTRA Absolute Frequency Channel Number). Sebaliknya, LTE TDD-hanya memiliki satu EARFCN.


Tabel 1. Band Frekuensi UMTS FDD


Tabel 2. Band Frekuensi LTE FDD


Sumber : http://teknologi-4g-lte.blogspot.co.id/2015/05/radio-interface-lte.html


Prinsip Kerja Sistem 4G LTE




Jaringan LTE atau disebut Evolved Packet System (EPS) murni berbasis IP. Baik layanan real-time maupun datacom dapat dibawa oleh protokol IP. IP address (IPv4 atau IPv6) dialokasikan pada satu mobile handset dan akan dilepas ketika handset dimatikan.

LTE multiple access berbasis OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) yang dapat mencapai kecepatan data yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan orde modulasi yang tinggi (64 QAM), bandwidth yang besar (sampai 20 MHz), dan transmisi MIMO yang digunakan pada arah downlink (sampai 4×4). Secara teori, kecepatan data sampai 170 Mbps pada arah uplink dan dengan MIMO dapat mencapai 300 Mbps pada arah downlink.

Bagian Core Ntework dari LTE yang disebut Evolved Packet Core (EPC) telah dipersiapkan untuk teknologi lain yang tidak dikembangkan oleh 3GPP seperti WIMAX dan WIFI. Ada yang bersifat trusted dan non trusted, tergantung perjanjian business antara operator.

Jaringan LTE sederhananya terdiri dari Base Station yang disebut Evolved NodeB (eNB). Berbeda dengan sistem 3G, pada EPS tidak terdapat controller / RNC, jadi antar eNB secara langsung terkoneksi melalui interface X2, sedangkan koneksi ke arah core melalui interface S1. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses setup time dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk handover. Setup time sangat penting bagi layanan realtime data seperti online gaming, begitu juga handover pada proses call.



Elemen Network dan Interface Pada Sistem LTE 4G
Keuntungan lain adalah protokol MAC yang berperan untuk proses scheduling hanya ada di UE dan base station (eNB), sedangkan pada UMTS, MAC dan scheduling berada pada RNC. Pada HSDPA MAC sub-layer ditambahkan di NodeB yang berfungsi sebagai proses scheduling.

Scheduling adalah komponen penting untuk efisiensi radio resource. Transmission Time Interval (TTI) diset hanya 1 ms. Selama tiap-tiap TTI, eNB scheduler melakukan proses sebagai berikut:

- Menganalisa kondisi radio tiap UE.

UE akan mengirimkan laporan keadaan kualitas radio yang diperolehnya sebagai input ke eNB (sebagai scheduler) untuk menentukan Modulasi dan Coding scheme yang digunakan. Penentuan kualitas radio ini menggunakan HARQ (Hybrid Automatic Repeat Request) dengan soft combining dan rate adaptation.

- Mengutamakan layanan QoS antar UE.

- Menginformasikan UE mengenai alokasi radio resource.

Untuk memperoleh efisiensi spektrum radio yang tinggi, pada arah downlink digunakan OFDMA dan untuk uplink menggunakan SC-FDMA yang disebut juga DFT (Discrete Fourier Transform) spread OFDMA.



Multiple Access pada LTE 4G downlink dan uplink
OFDM adalah suatu teknik modulasi dengan membagi satu bandwidth frekuensi pembawa (carrier) wideband menjadi beberapa subcarrier narrowband. Pada OFDMA, subcarrier ini dapat dishare kepada banyak user. Solusi ini tentunya akan menghemat spektrum frekuensi lebih efisien namun diperlukan processor yang lebih cepat dalm proses signallingnya. OFDMA juga memerlukan power amplifier yang dingan tingkat linearity tinggi, sehingga menambah konsumsi battery. Akibatnya, handset LTE ini menjadi sangat mahal.
Sumber: 3GPP http://babakhalid.com/prinsip-kerja-sistem-4g-lte

Arsitektur LTE


Arsitektur LTE dikenal dengan suatu istilah SAE (System Architecture Evolution) yang menggambarkan suatu evolusi arsitektur dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Secara keseluruhan LTE mengadopsi teknologi EPS (Evolved Packet System). Didalamnya terdapat tiga komponen penting yaitu UE (User Equipment), E-UTRAN (Evolved UMTS Terrestial Radio Access Network), dan EPC (Evolved Packet Core).



Gambar 1. Arsitektur LTE

User Equipment (UE)
User equipment adalah perangkat dalam LTE yang terletak paling ujung dan berdekatan dengan user. Peruntukan UE pada LTE tidak berbeda dengan UE pada UMTS atau teknologi sebelumnya.

E-UTRAN
Evolved UMTS Terresterial Radio Access Network atau E-UTRAN adalah sistem arsitektur LTE yang memiliki fungsi menangani sisi radio akses dari UE ke jaringan core. Berbeda dari teknologi sebelumnya yang memisahkan Node B dan RNC menjadi elemen tersendiri, pada sistem LTE E-UTRAN hanya terdapat satu komponen yakni Evolved Node B (eNode B) yang telah emnggabungkan fungsi keduanya. eNode B secara fisik adalah suatu base station yang terletak dipermukaan bumi (BTS Greenfield) atau ditempatkan diatas gedung-gedung (BTS roof top).

Evolved Packet Core (EPC)
EPC adalah sebuah system yang baru dalam evolusi arsitektur komunikasi seluler, sebuah system dimana pada bagian core network menggunakan all-IP. EPC menyediakan fungsionalitas core mobile yang pada generasi sebelumnya (2G, 3G) memliki dua bagian yang terpisah yaitu Circuit switch (CS) untuk voice dan Packet Switch (PS) untuk data. EPC sangat penting untuk layanan pengiriman IP secara end to end pada LTE. Selain itu, berperan dalam memungkinkan pengenalan model bisnis baru, seperti konten dan penyedia aplikasi. EPC terdiri dari MME (Mobility Management Entity), SGW (Serving Gateway), HSS (Home Subscription Service), PCRF (Policy and Charging Rules Function), dan PDN-GW (Packet Data Network Gateway). Berikut penjelasan singkatnya:

Mobility Management Entity (MME)
MME merupakan elemen control utama yang terdapat pada EPC. Biasanya pelayanan MME pada lokasi keamanan operator. Pengoperasiannya hanya pada control plane dan tidak meliputi data user plane. Fungsi utama MME pada arsitektur jaringan LTE adalah sebagai authentication dan security, mobility management, managing subscription profile dan service connectivity.

Home Subscription Service (HSS)
HSS merupakan tempat penyimpanan data pelanggan untuk semua data permanen user. HSS juga menyimpan lokasi user pada level yang dikunjungi node pengontrol jaringan. Seperti MME, HSS adalah server database yang dipelihara secara terpusat pada premises home operator.

Serving Gateway (S-GW)
Pada arsitektur jaringan LTE, level fungsi tertinggi S-GW adalah jembatan antara manajemen dan switching user plane. S-GW merupakan bagian dari infrastruktur jaringan sebagai pusat operasioanal dan maintenance. Peranan S-GW sangat sedikit pada fungsi pengontrolan. Hanya bertanggungjawab pada sumbernya sendiri dan mengalokasikannya berdasarkan permintaan MME, P-GW, atau PCRF, yang memerlukan set-up, modifikasi atau penjelasan pada UE.

Packet Data Network Gateway (PDN-GW)
Sama halnya dengan SGW, PDN-GW adalah komponen penting pada LTE untuk melakukan terminasi dengan Packet Data Network (PDN). Adapun PDN GW mendukung policy enforcement feature, packet filtering, charging support pada LTE, trafik data dibawa oleh koneksi virtual yang disebut dengan service data flows (SDFs).

Policy and Charging Rules Function (PCRF)
PCRF merupakan bagian dari arsitektur jaringan yang mengumpulkan informasi dari dan ke jaringan, sistem pendukung operasional, dan sumber lainnya seperti portal secara real time, yang mendukung pembentukan aturan dan kemudian secara otomatis membuat keputusan kebijakan untuk setiap pelanggan aktif di jaringan. Jaringan seperti ini mungkin menawarkan beberapa layanan, kualitas layanan (Quality of services), dan aturan pengisian. PCRF dapat menyediakan jaringan solusi wireline dan wireless dan juga dapat mngaktifkan pendekatan multidimensi yang membantu dalam menciptakan hal yang menguntungkan dan platform inovatif untuk operator. PCRF juga dapat diintegrasikan dengan platform yang berbeda seperti penagihan, rating, pengisian, dan basis pelanggan atau juga dapat digunakan sebagai entitas mandiri.

Sumber :

http://teknologi-4g-lte.blogspot.co.id/2015/05/arsitektur-lte.html